JAKARTA, KOMPAS.com
- Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengharapkan para pengembang
yang tergabung dalam asosiasi Real Estat Indonesia bisa lebih banyak
membangun rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah di
Indonesia.
"Saya
punya harapan besar kepada pengembang yang tergabung dalam REI agar
lebih banyak membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah,"
ujar Menpera Djan Faridz, dalam siaran pers, Selasa (10/7/2012).
Pernyataan
itu disampaikan saat memberikan sambutan pada Rapat Kerja Daerah REI
Jawa Timur di Kota Batu, Malang. Menurut Faridz, Kementerian Perumahan
Rakyat siap membantu para pengembang REI di seluruh Indonesia yang ingin
membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Bantuan itu berupa prasarana, sarana dan utilitas (PSU) senilai Rp 6,25
juta rupiah untuk setiap unit rumah.
Sementara
itu, pengembang menilai sejumlah regulasi membuat pengembang kesulitan
menyediakan rumah bagi MBR. Perubahan pola fasilitas likuiditas
pembiayaan perumahan (FLPP) menyebabkan banyak rumah yang sudah
terbangun sulit terjual.
Menurut
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh
Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo, penyerapan rumah bersubsidi melalui skim
FLPP oleh Apersi per 30 Juni 2012 baru 6.000 unit.
FLPP
berupa suku bunga tetap 7,25 persen untuk kurun 15 tahun. FLPP
mewajibkan rumah bersubsidi yang dijual kepada MBR berukuran minimal 36
meter persegi (tipe 36). Sedangkan, harga jual rumah bebas pajak
pertambahan nilai (PPN) maksimum Rp 70 juta per unit.
Pengembang
yang sudah terlanjur membangun rumah berukuran di bawah tipe 36
akhirnya menjual rumah dengan kredit komersial, sehingga menurunkan
penjualan. Adapun harga rumah tipe 36 umumnya sudah diatas Rp 70 juta
per unit.
Sumber